inilah sejarah alternatif bagi bangsa indonesia.
romo baskara t wardaya sj menulisnya. mencari supriyadi:kesaksian pembantu utama bung karno. siang tadi toko buku gramedia jogja membedah buku itu.
ruangan cilik itu mendadak sesak oleh orang-orang yang penasaran dengan andaryoko wisnuprabu yang
mengklaim dirinya adalah supriyadi. tak percaya dirinya supriyadi, ia
pun harus menjalani ‘tes’ untuk menyebutkan 6 oran sodancho lain, dan
juga bahasa jepang maupun belanda.
tokoh PETA yang sering disebut-sebut dalam buku sejarah telah hilang
usai perlawanan Indonesia terhadap Jepang pada 1945 di bilitar itu
memang kembali muncul. sejak bertemu dengan wakil residen semarang,
wongsonegoro di semarang, namanya berubah menjadi andaryoko. katanya,
pak wongso lah yang memintanya untuk mengganti namanya. sementara bung
karno tetap saja memanggilnya dengan supriyadi, atau menyingkatnya
sebagai sup saja.
“saya ini sup yang suka sop,” kelakarnya.
andaryoko wisnuprabu ini lahir di salatiga, jawa tengah, pada 22
maret 1920. ia adalah anak wedana salatiga yang bernama pujo kusumo.
sementara supriyadi yang kerap disebut dalam buku sejarah, lahir di
trenggalek pada 13 april 1923. ia juga anak wedana blitar yang bernama
darmadi.
mungkin hanya perkara nama. tapi lebih dari itu, yang menjadi titik
penting adalah ketokohan supriyadi dalam panggung sejarah indonesia.
romo baskara, yang menulis buku ini, juga pak asvi warman adam juga
bilang, ada kemungkinan terdapat dua supriyadi di antara ratusan
anggota PETA yang memberontak di Blitar. toh, romo bas enggan
berpolemik pada keaslian supriyadi yang diklaim oleh keduanya.
barangkali, itu sebabnya, ia menjuduli bukunya dengan mencari supriyadi, bukannya ini dia supriyadi atau supriyadi ketemu.
tetap saja, kemunculan buku yang ditulis romo bas ini menuai kesimpangsiuran. utomo darmadi,
adik tiri surpiyadi blitar, misalnya. ia bilang bahwa ini bukan pertam
kalinya ada orang yang mengaku sebagai supriyadi. ia tahu persis
bagaimana supriyadi, kakak tirinya.
pak asvi juga
punya komentar lain. menurutnya, bagaimana mungkin orang seusia
andaryoko tak memuncratkan istilah belanda dalam perbincangannya dengan
romo bas. mestinya, orang seusia dia yang sempat mengenyam jaman
belanda dan jepang, mestinya ada satu-dua istilah belanda maupun jepang
yang ikut tertutur.
siapapun andaryoko dengan kemunculannya yang tiba-tiba,
rasanya patut diapresiasi. setidaknya, dari galian sejarah romo bas
dengan andaryoko, memunculkan sejarah alternatif buat indonesia. dus,
sejarah ini bukan milik penguasa saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar