JAKARTA, SELASA - Pengakuan
Andaryoko Wisnu Prabu bahwa dirinya adalah Supriyadi, pahlawan nasional
asal Blitar yang dicatat sejarah menghilang, mendapat tentangan dari
adik tiri Supriyadi, Utomo Darmadi. Utomo menyebut bahwa pengakuan
Andaryoko itu sama sekali tidak benar. Utomo bahkan menyindir Andaryoko
sebagai orang yang hanya mengejar sensasi.
"Dia itu ngaku-ngaku,
nggak bener itu," ujar Ki Utomo darmadi kepada persdanetwork di
Jakarta, Selasa (12/8). Dikatakan Utomo Darmadi, dirinya langsung tahu
bahwa Andaryoko itu bukanlah Supriyadi saat melihat wajahnya di
televisi. Menurut Utomo, kalaupun berubah dari orang muda ke tua,
bentuk wajahnya tidak akan jauh berubah. Seperti telinganya.
"Tadi
saya sepintas melihat di TV, lha liat gambarnya kelihatan memang bukan.
Saya adiknya kan tahu rupanya Supriyadi," lanjut dia. Utomo menyebut
bahwa ini bukan kali pertama ada orang yang mengaku-ngaku sebagai
Supriyadi. Ia menyebut sudah puluhan kali ada kejadian serupa. Dan yang
diakui Utomo membuat dirinya kesal karena dirinya yang selalu disuruh
mengecek kebenaran dari orang yang mengaku-ngaku tersebut.
Ia
mencontohkan, saat Try Soetrisno masih menjabat sebagai wakil presiden,
dirinya mendapat surat dari Kolonel Wiguno dari AURI di Jogjakarta.
Inti surat itu kata Utomo bahwa ditemukan Supriyadi di Lampung yang
kemudian dibawa ke Jogjakarta. "Saya bilang ora bener. Saya lalu ke
sana dan memang bukan. Itu sudah berapa puluh kali orang ngaku. Dan yah
itu yang membuat kesel, saya disuruh menyaksikan yang gak bener,"
kenang Utomo.
Utomo menyebut adalah urusan pemerintah untuk
menangani orang-orang yang menurutnya senang membikin sensasi seperti
itu. Ia menegaskan bahwa sebagai pihak keluarga Supriyadi, dirinya
tidak berniat melakukan tindakan apa-apa terhadap orang-orang yang
mengaku-ngaku sebagai kakaknya. "Itu urusan pemerintah. Mereka itu kan
orang sekarng suka sensai, karena pelakunya sudah nggak ada," tambah
dia.
Kalaupun nantinya Andaryoko tetap mengaku bahwa dirinya
adalah Supriyadi, Utomo Darmadi mengaku siap dipertemukan langsung.
Utomo menyebut bahwa dirinya sudah ditawari oleh sejarawan Baskara T
Wardaya untuk bertemu langsung dengan Andaryoko. "Kalau seperti itu yah
suruh saja hadap-hadapan sama saya. Yah saya adiknya masak nggak ngerti
rupanya. Lha wong liat di TV memang bukan," sambung dia.
Lalu,
bagaimana cara Utomo mengetes apakah Andaryoko adalah Supriyadi palsu
atau benaran ? Utomo menyebut dulu ia pernah melakukan hal serupa
dengan cara mengetes apakah yang bersangkutan bisa berbicara, mengenal
istilah-istilah Belanda dan Jepang seperti Supriyadi. Namun, kata dia,
itu tidak terlalu menjamin. Ia lebih percaya dengan penglihatan bentuk
fisik langsung dari yang mengaku-ngaku Supriyadi tersebut. "Katanya
bisa basa Jepang, coro Londo. Tapi kan dari gambarnya saya tahu itu gak
bener," lanjut Utomo.
Utomo percaya bahwa secara logika, kakaknya
itu memang sudah meninggal pada tahun 1945 silam. Namun, kata dia,
adalah kepintaran dari pihak Jepang yang kemudian mengaburkan kematian
Supriyadi dengan menyebut bahwa Supriyadi bisa ilmu menghilang. "Jepang
pintar, ngerti kejiwaan orang jawa. Lalu crita bahwa Supriyadi iso
ngilang. Lha opo bapakku kuwi gendruwo, duwe anak isa ngilang. Kita
rasional saja lha," ujarnya.
Ia lalu mengisahkan, bahwa bapaknya
dihukum di penjara Kediri. Kemudian, keluarganya, ibu, dirinya dan
adik-adiknya ditahan di kertosono di rumah yang dijaga ketat dan tidak
diperbolehkan keluar sampai proklamasi. "Kalo nggak ada proklamasi,
September itu sudah ada rencana pembunuhan besar-besaran terhadap
keluarga pemberontak itu," kenangnya.
Menurut Utomo, kalaupun
sudah meninggal dan tidak ada makamnya, itu adalah hal yang wajar
selama pendudukan zaman Jepang. "Saya beritahu, zaman jepang itu, orang
mati yang gak ngerti makamnya gak pirang-pirang. Pahlawan nasional dr
Muwardi, sampe sekarang makamnya ga ketahuan. Itu orang tanya begitu,
itu nanya debat kusir," kata dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar